Kau nggak akan pernah tau kapan dia datang, kapan dia mulai menyapa, dan kapan dia mulai menenggelamkanmu pada indahnya nada dari tiap alunannya.
Dan ini lah yang terjadi pada, ah sebut saja namanya Mawar.
Damn it! aku paling malas ngasih nama alias yang beda.
“Dan! ayok ngopi, ada yang mau aku ceritakan” begitu kalimatnya ketika pertama kali kutekan tombol jawab di henponku.
“Ngopi? jam segini?” Udah jam 7 malam, pas setelah maghrib, kawanku yang paling absurd ini nelfon.
“Iya, nggak ada waktu yang pasti untuk kopi, ayolah..”
“But I got some articles here, bentar lagi deadline.”
“Fu*k your deadline! ayolah, I need you..please please please…”
“Heh mulut!! kebiasaan! Iya bentar, dimana?”
Aku langsung arahkan motorku ke coffee shop yang disebutkannya, untungnya udah sering kesini, jadi nggak perlu waktu lama hanya untuk ngapalin jalan.
Perempuan berkaus minion itu pun tersenyum girang, pas. Mirip sekali dengan tante-tante girang yang baru ketemu brondongnya.
“Heheheh, makasih udah datang, ayok dipesan, I treat deh kali ini.”
“Ada apa sih? segitu hebohnya.”
Satu gelas iced latte pun terhidang nggak lama setelahnya, dan dia, start giving me a surpise story.
“I’m in love, D” katanya memulai cerita
“hm? in love? sama?” kataku directly.
“Aku gak tau harus mulai dari mana. Kami.. kenal baru beberapa hari. dan dia itu…”
“Tunggu! beberapa hari? tepatnya?”
“Kami cuma ngobrol selama satu jam sih, tapi,”
“Kau nyuruh aku malam-malam kesini, untuk dengerin jatuh cintamu sama orang yang baru kau ajak ngobrol satu jam? kau gila!”
“Heh, denger dulu.”
“Nggak ada yang perlu didenger dari obrolan sejam. Hell yeah, kau segitu desperatenya yah sampe sejam pun udah bisa jatuh cinta.”
“Nggak gitu Dan, coba kau ketemu sama dia, kau pasti bakal ngerti kenapa aku bisa in love sama dia,”
Latte art bentuk daun itu pun udah mulai kutenggak tanpa anggun, Ah yang benar aja, jatuh cinta hanya dengan obrolan sejam? Cinta macam apa itu!
“What makes him special?” tanyaku mulai mencermati
“The way we talk, laugh, the way he listens to me. All of it, bikin nyaman, Dan. Aku yakin kau juga pernah ngalamin itu kan.”
“Iya, pernah, tapi nggak dalam waktu sejam.”
“Jadi gini, aku ketemu dia, di exhibition gitu, pameran foto yang di***** , tau kan?”
Well, pameran foto itu rupanya, memang sempat tau infonya tapi nggak kesana, pameran foto ya, apa jangan-jangan fotografer..
“Pameran foto, dia fotografer?”
“Bukan. Dia kerja di bidang IT,”
“Teknisi komputer?”
“Bukan, hampir mirip sih, tapi bukan,”
“Oh, kalau gitu, abang-abang jaga warnet?”
“Eh! nggak yah! emang kalau udah ngurusin IT bakal jaga warnet apa!”
“Ya lagian, dia itu siapa?”
“Waktu itu, dia ikutan pameran juga sih, sampingannya motret memang, tapi basically, dia kerja di IT dept gitu di perusahaan yang kau mau lamar kemaren lho,” jelasnya.
Perusahaan yang mau aku lamar… ahhh… iya, perusahaan minyak…
“Ohh, terus, what makes you fall for him, by the way?”
“Pernah nggak sih kamu ngerasa nyaman gitu aja sama orang yang baru pertama kali ketemu? asik aja ngobrol, kayak kalian udah kenal bertahun-tahun. Ngalir semuanya, akrab, padahal kalian baru ngobrol selama sejam.”
“hmmm, terus?”
“Itulah yang terjadi sama kami.”
“Dia single?”
“Hmmm, nggak, dia udah punya pacar.”
“Mati. Jauhin! pedekate kok sama pacar orang.”
“Dengerin duluuuu. Dia memang punya pacar, tapi pacarnya ini beda keyakinan sama dia.”
“Oh, maksudnya, si cowok ini yakin kalau dia ganteng, tapi si pacar nggak yakin, gitu?”
“Dana! serius ah.”
“Ha, terus lanjut deh..”
“Dia memang udah punya pacar, tapi beda agama, inget ya, beda agama. Jadi bakalan susah nemuin ujungnya sih. Terus, dia memang pada dasarnya, hampir sama kayak aku, punya prinsip kebebasan. Selama belum menikah, bebas untuk menjalin romansa dengan siapa saja.”
“Yap! dan ketika sudah menikah, bisa sangat merindukan kebebasan yang berujung pada malapetaka rumah tangga. Ah, lagu lama.”
“Jangan gitu dong, Dan. Doamu jelek bener.”
“Nggak ada yang lain apa? Kenapa harus pacar orang, ya walaupun mereka beda keyakinan, pacar orang kan tetap pacar orang.”
“Iya sih, tapi gimana ya, aku nyaman, dia juga.”
“Dia juga? Emang dia bilang gimana?”
“Hmm, Mawar, cinta itu, kadang bekerja dengan cara yang misterius. Kita nggak akan pernah tau kapan dia bakal datang. Kayak kita berdua sekarang, Aku nggak pernah tau kalau bakal ketemu kamu disini. Dan aku juga nggak tau kalau kita bakalan bisa saling mengasihi. Cinta itu, kadang hanya untuk dinikmati, bukan untuk dipertanyakan. Gitu katanya.”
“Tumben lu hapal sama omongan orang,” ketusku.
“Kali ini beda, aku suka banget sama kalimatnya, romantis.”
“Ya, romantis dan jadul.”
“Kok kau nggak ada dukung sama sekali sih Dan, dari tadi? katanya temen, kalau cuma untuk dibully gini, ngapain juga aku ngajakin kamu ngopi.”
“Gini deh Ma, dengerin ya. Cinta itu memang bekerja secara misterius. Kadang bikin senang, kadang bikin gamang. Paling parah, kalau kau nggak siap untuk nerima efek buruknya. Jatuh cinta nggak salah kok. Yang salah itu, kalau kau jatuh cinta sama orang yang gak seharusnya. Masih banyak kok di luar sana yang single dan lebih kompeten untuk dipacarin, dari pada pacar orang.” Aku teguk lagi latte dingin yang es nya mulai mencair.
“Aku nggak marah kok kalau kamu jatuh cinta sama dia, jatuh cinta itu normal. Beneran, aku juga pernah jatuh cinta. Tapi obrolan sejam, dan hanya kenal beberapa hari, nggak cukup untuk dijadikan pedoman, kalau cinta itu ada diantara kalian. Siapa yang tau kalau sebenarnya dia lagi galau dan butuh teman, dan kebetulan dia ketemu kamu. Gimana?”
“Iya sih.. Tapi kan…”
“Jatuh cintalah, hidup ini bakalan hampa bener pun kalau tanpa cinta, tapi bukan berarti jatuh cinta bisa sembarangan. Beda kasusnya, kalau kamu cuma mau cari hiburan semata. And no love involved. Ya silahkan.”
“Maksudnya? maksiat?”
“Maksiat kepalamu! Bukanlah.”
“Terus? kalau gitu apa dong?”
“Kalian saling nyaman, tapi untuk jadian itu bakal jadi hal yang imposible, so, kenapa kalian nggak menikmati kebersamaan antara kalian berdua aja? Sometimes love doesn’t need a relationship. Sometimes, it just needs two people feel comfort. Ya toh?”
“Iya, sih.. ”
“Tapi inget, jangan terlalu libatkan hati, kalau kamu memang cuma ingin menyenangkan diri. Kalau hatimu juga ikutan, bisa-bisa kamu yang bakalan sakit.”
“Tapi apa dia juga ngerasa hal yang sama?”
“Tanyain dong, masa gitu aja nggak bisa.”
“Nanya langsung? ah malas ah.. malu aku. mending telfon aja.”
“Eh, sebaik-baiknya komunikasi, adalah komunikasi temu muka. Sarjana komunikasi kok gitu aja nggak ngerti.”
“Hehhee, but thanks ya, untuk cinta yang bekerja secara misterius-mu tadi. Nggak salah punya temen kuli tinta,”
“Babi!!”
Cinta, kadang bekerja secara misterius. Tapi jalurnya, masih bisa dilihat.
Cinta itu nggak segelap bayangan dan masa lalu.
Hanya saja, beberapa orang menganggapnya begitu.
Saat cinta menyapa, kau bisa apa?
Tapi biar begitu, letakkan teguh logika.
Agar tak sakit kau nantinya..
Logikakan cinta, selogika rumus matematika.
Kalau kau tak bisa. hmm, matilah.