“Aku fruit waffle aja deh,” kata laki-laki di depan ku.
“Lagi? Bukannya kemaren juga makan itu?” kataku sambil membalik halaman buku menu.
“Iya, aku sukanya makan fruit waffle, mau makan sama wanita mana pun, aku makannya itu,” ucap si lelaki ini dengan senyum yang entah kenapa seakan minta ditonjok.
Aku bicara tentang seorang teman yang belakangan hari menjelma sahabat, dan rekan kerja yang sepemikiran.
Hmm, walau sebenarnya, untuk mencapai kata sepemikiran laksana menggunakan teori perang jaman dinasti Han dan politik Devide et Impera.
Namanya Andru. Orangtuanya memberinya nama itu. Walaupun dia keturunan Tionghoa, dia mengaku enggak punya nama Cina. Aku bisa bicara tentang banyak hal sama lelaki ini, dan ketika kubilang banyak, it’s literally everything. Dan dia pulalah yang mulai sering muncul di beberapa unggahan foto jejaring sosialku. Beberapa orang teman pun mulai bertanya, kenapa mulai ada foto laki-laki disana. Alasannya jelas, adanya dia. Gitu.
He has a unique mind. Atau mungkin menurut pendapat orang lain, pemikiran yang di luar batas dan kadang terlalu aneh untuk dimengerti manusia normal.
Dia punya standar yang tinggi atas segala sesuatu, yang malah membuatnya terkesan perfeksionis dan ambisius. Meskipun pada kenyataannya, itu bukan sekadar kesan semata.
Dia punya caranya sendiri untuk mengungkapkan apa yang menurutnya benar, walau kadang, malah menimbulkan huru hara. Kata-katanya yang kadang sarkas dan sinis, justru bikin aku mikir, kayaknya hanya orang orang ahli surga dan kesabaran tingkat mamanya Malin Kundang yang sanggup bertahan dengan sifatnya ini.
But heiii, everyone born unique, right?
Semua hal-hal yang ada dalam dirinya, malah cocok dengan kepribadian ku. Mungkin karena sudah terlalu banyak orang waras yang menjadi kawanku, hehe.. (sorry, Ndru).
Meskipun akrab, kami tetap sering berdebat tentang banyak hal. Entah tentang pekerjaan, hubungan asmaranya yang gagal, poninya yang udah bisa jadi sapu lantai, atau tentang stabilitas negara. Malah menurutku, dia bisa menjadi rekan diskusi yang baik.
Bukankah sebaik-baiknya teman adalah yang mampu membuka pikiranmu tentang hal-hal baru?
Well, dia mungkin keras kepala dalam berbagai hal, tapi dia masih mau menerima pendapat orang lain.
Dia mungkin childish untuk beberapa hal, tapi bukankah orang dewasa pun tetap memiliki sifat kekanakan?
Dia barangkali menyampaikan pendapat dengan cara yang sulit diterima orang lain, but heiii, selalu ada cara untuk membuat orang lebih baik, kan…
Si wafel buah ini punya persona yang menarik, walau kadang, terlalu menarik untuk diterima akal sehat.
Dan bagiku, kadang, berteman tak perlu akal sehat.
Kadang.