Siti Almira Mahreen.
Itu nama yang (akhirnya) kami sepakati untuk si bayi yang lahir di jam 2.30 pagi, Senin, 19 September, saat hujan sedang anggun-anggunnya mengguyur semalam suntuk.
Siti adalah pemberian dari kakeknya, Almira adalah pilihan dari kedua orangtuanya, dan Mahreen adalah nama yang kupilih, yang kudoakan akan selalu mencerminkan dirinya, seorang perempuan yang menerangi hidup orang lain laksana matahari.
Jika membahas namanya, si Bayi ini memang punya keunikan tersendiri. Dia adalah cucu pertama kedua orangtuaku. Hasil USG di bulan ke 5, menunjukkan jabang bayi ini berjenis kelamin laki-laki. Which is, kami pun mulai menyiapkan nama yang paling baik untuknya. Dan aku mulai sibuk mencari pakaian anak laki-laki yang cool, ala Song Triplets, dari Superman Returns, variety show Korea yang sempat kugemari.
Tapi layaknya cinta di masa remaja, semua bisa berubah. Begitu pula jenis kelamin si Bayi. Memasuki bulan ke 7, akhirnya Tuhan memutuskan untuk mengubah kelamin si Bayi, jadi perempuan. Semua rencana kami pun ikut berubah. Termasuk nama yang sudah kami siapkan.
Bayi ini baru mendapatkan namanya di usianya yang ke 10 hari. Setelah pertimbangan dan diskusi alot, akhirnya orangtuanya memutuskan untuk memberi nama Siti Almira Mahreen untuk si Bayi.
Yup, siti.
Nama Siti, mungkin tidak termasuk dalam jajaran 10 besar nama bayi tahun 2016. Tapi bapak, kakek si bayi, punya pikiran lain. Menurutnya, Siti adalah nama yang baik, sebuah nama yang memiliki keutamaan. Walaupun aku juga menyanggah, kenapa namaku tidak punya kata Siti di dalamnya.
Kami pun mulai memberikan ketentuan nama panggilan yang pas untuknya. Menurut bapak, kesepakatan dalam nama panggilan bayi adalah hal penting. Seenggaknya dia nggak akan merasa bingung jika dipanggil.
Mahreen, itulah bagaimana kami akhrinya memanggil si Bayi.
Walaupun kadang, ketika si Bayi mulai rewel, aku mulai memanggilnya dengan nama Mr. Frederickson, tokoh legendaris dari film UP. Sepintas muka mereka miri soalnya. hehehehehe.
Tidak hanya namanya yang berubah, segala aktivitas kami pun juga turut berubah seiring dengan si Bayi lahir ke dunia. Dan aku yang memang tidak terlalu mudah akrab dengan anak kecil, akhirnya menemukan bahwa, setidak suka apapun kamu sama anak kecil, cobalah untuk gak suka dengan keponakan sendiri. Maka move on dari pacar bertahun-tahun pun akan terasa jauh lebih mudah.
Mr. Frederickson :*