For me, the most fabulous way to spend the evening is having your friends with you, and some good foods to taste.
Rasanya sudah lumayan lama saya menjauh dari perkara menulis dan mengulas sesuatu, terlebih lagi soal makanan. Terlalu klise jika alasannya adalah kesibukan dari pekerjaan selama beberapa bulan ini. Toh, saya masih punya waktu untuk sekadar menyucip beberapa tempat baru, menonton film, atau sekadar menemani partner kerja menyambangi beberapa klien.
Rindu.
Barangkali begitu yang saya rasakan tiap kali pulang kerja, sambil bermacet ria di jalan. Berharap untuk cepat sampai di rumah. Setelahnya, saya akan sedikit terpekur sambil membatin, betapa rindunya saya dengan dunia peliputan. Bertemu narasumber baru, membahas masalah yang sedang panas saat ini.
Tapi mengunjungi seorang teman di tempat kerja barunya, agaknya cukup mengobati kerinduan akan interaksi sosial di luar hotel dan segala macamnya.
Sore itu, setelah hampir seminggu lebih mengiyakan undangan meet up dari Mas Hew, akhirnya Selasa lalu kami ketemu di restoran yang jadi tempat dia berkutat sekarang, Fuku Grill and Sake Bar, yang terletak di simpang jalan Multatuli.

Actually, sebelum kemari, sempat beberapa kali muncul keraguan untuk berkunjung, mengingat menu makanan dan minuman yang mereka sajikan. They serve pork, beer, and wine for sure. Jadi menurutku, wajar untuk pengunjung muslim merasa ragu untuk spending di restoran ini. But then, Mas Hew pun menjawab beberapa pertanyaan yang sebenarnya sudah umum ditanyakan pengunjung muslim sepertiku. Tentang halal nya makanan di tempat ini.
They have different station for halal and non-halal menu. And I’ve check those ones too. Jadi restoran ini punya dua kitchen yang berbeda untuk memasak dua jenis makanan ini. Alat masaknya pun berbeda. Konon, menurut Hew, owner mereka juga cukup aware dengan ini. Bahwa serving non halal food di daerah yang mayoritas muslim memang beresiko pada pertanyaan akan cara penyajian. Bahkan, di bagian depan buku menu terdapat satu peringatan dari pihak restoran bahwa mereka juga menyajikan makanan non-halal. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya konsumen yang merasa tidak diinformasikan tentang adanya menu tersebut.


Makanan pertama yang kami cicipi adalah Tomato Jako Salad. Untuk penyuka salad, barangkali menu ini cukup sebagai pembuka santapan. Nah, sebagai bukan pemakan sayuran, aku lebi memilih untuk memperbanyak jumlah teri medan di dalam sendok daripada sayurnya. But this is Acek Kodak’s favourite by the way.


Sebagai pemakan daging, Hamburger Zel ini mampu memanjakan lidah dengan kelembutan daging dan tentunya rasa daging yang begitu kelat, tanpa dicampur tepung ataupun sayuran. Dilengkapi dengan French Fries, menu ini bisa menjadi pilihan tepat untuk meredakan rasa lapar.






Tanzaku Giri ini adalah salah satu menu favorit dan khas dari Fuku. Berupa daging sapi yang dipotong-potong menyerupai jari, dan disajikan dengan metode grill. Rasa nikmat dari daging ini berasal dari hasil marinase dengan bumbu khusus. setelah dipanggang, daging pun kembali dimasak dengan saus cabai yang menambah kenikmatan rasanya. Wajar jika menu ini menjadi salah satu yang paling banyak dipesan di Fuku.


After all the tasty things, menurutku, FUKU memberi suasana baru untuk menikmati makanan khas Jepang. Ambience yang cukup romantis tapi mewah, rasanya pas untuk menjadi tempat tujuan membuang penat sehabis bekerja. Terutama jika Anda adalah penyuka wine dan beer, hang out dengan teman pun terasa lebih menyenangkan dengak konsep tempat yang semi fancy, dan tetap friendly.
Venue: FUKU Grill and Sake Bar
Address: Jalan Letjen Suprapto No 13 lantai 2 (ex. Pizza Hut)
Phone: (061) 88814281