“Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.” – Ibn Battuta
Sebagai orang yang sering kejebak di zona nyaman, jalan-jalan adalah salah satu hal yang terbilang jarang saya lakukan. Terutama adalah perjalanan jauh, hingga keluar provinsi. Tepatnya, karena saya sering kurang merasa nyaman dan perlu waktu lebih dari dua jam untuk beradaptasi dengan tempat baru. Tapi bukan berarti, saya menolak untuk melakukan sebuah perjalanan jauh.
Adalah Padang, kota yang menjadi tujuan perjalanan pertama saya untuk berlibur. Ya, sangking jarangnya saya jalan-jalan untuk sekadar liburan, Padang adalah kota pertama saya liburan. Perih, ya.
Perjalanan ini pun bukan tanpa rencana. Joice, salah satu teman yang memang doyan banget jalan-jalan, mengajak saya dan rekan untuk travelling ke Sumatera Barat, tepatnya ke beberapa kota dan camping di pulau.
Hal terpenting sebelum berjalan jauh dengan kelompok memang perlu perencanaan. Perencanaan ini kami lakukan bahkan sebulan sebelum hari keberangkatan. Bukan karena bingung, tapi karena tiap tempat pasti punya daya tarik yang sayang dilewatkan. Mulai dari tempat yang wajib dikunjungi, kegiatan yang dilakukan, sampai budget yang harus dibawa dalam kantong. Itinerarry ini pun cukup berhasil kami wujudkan satu persatu.
“The world is a book, and those who do not travel read only one page.” – Saint Augustine.

Hari keberangkatan dengan flight pagi menuju Bandar Udara International Minangkabau, berkumpul sebelum subuh. Bawaannya hanya ransel. Karena dari awal memang niatnya enggak mau bermewah-mewah. Backpacker Style lah istilahnya.
Medan-Padang sebenarnya enggak terlalu jauh kalau ditempuh dengan perjalanan udara. Cukup 1 jam lebih 5 menit sudah bisa sampai. Tapi ya memang, budget pun juga lumayan besar kalau memilih menempuh perjalanan dengan jalur ini.
Sampai di Bandara Minangkabau, tujuan utama kami adalah Pulau Pasumpahan dan Pamutusan.
Sebagai tujuan utama, Pulau Pamutusan dan Pasumpahan adalah destinasi yang memuaskan mata dan dahaga akan liburan. Disini, mata seakan dimanjakan dengan panorama yang begitu indah. Laut yang biru dan pepohonan yang masih sangat rindang dan hijau bisa bikin istirahat sejenak dari segala drama di masa kerja.
Seperti layaknya liburan di pulau, memang lebih menarik dihabiskan dengan berkemah di bawah matahari,, sambil menatap hamparan pasir putih dan suara deburan ombak. Tenang sekali.
Sayangnya, waktu itu kami hanya mengunjungi dua pulau. Mungkin lain waktu, Mandeh bisa kudatangi. Katanya, sayang kalau ke Padang tapi gak menjejakkan kaki di Mandeh.

Lubang Jepang Bukittinggi merupakan salah satu objek wisata sejarah di Kota Bukittinggi. Lubang Jepang ini sendiri adalah sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara Jepang sekitar tahun untuk kepentingan pertahanan. Mendengar cerita dari Uda Guide waktu itu, orang-orang yang bekerja untuk membangun lubang ini justru diambil dari daerah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, bukan dari daerah Sumatera Barat. Hal ini untuk menjaga rahasa tentara Jepang itu sendiri dari warga sekitar.
Panjang lubang ini pun katanya lebih dari 6 kilometer dan beberapa lorongnya bahkan tembus ke sekitar kawasan Ngarai Sianok, Jam Gadang di samping Istana Bung Hatta, dan Benteng Fort De Kock yang masuk wilayah Kebun Binatang Bukittinggi. Tapi kemarin enggak sampai sepanjang itu kok. Kami hanya melewati beberapa lorong yang berujung di jalan besar. Sayang, beberapa dinding yang sudah dilapis semen ini ada banyak coretan pengunjung. Jadi agak kelihatan enggak menarik. So, kalau mau liburan dan mengunjungi tempat wisata, plis jangan alay dengan corat-coret bangunan cagar budaya, ya.



Padang memang memberikan kenangan tersendiri dari segi kulinernya. Walaupun sebenarnya makanan di daerah ini bisa dijumpai di banyak tempat di kota-kota lain, tapi rasa yang dihadirkan jelas berbeda. Rendang disini, jauh lebih nikmat dari rendang di Medan tentunya. Dendeng disini juga enggak ada tandingannya. Soal harga? Bahkan untuk restoran yang cukup terkenal dan mewah sekalipun, harga yang dipatok untuk tiap menu juga relatif reasonable dan pas di kantong. Harganya sesuai dengan rasa dan porsi yang didapat.
Pulau yang indah, kuliner yang lezat, dan kebudayaan yang kaya menjadi beberapa dari daya tarik tempat ini, Sumatera Barat. Ada banyak tempat yang masih belum sempat kukunjungi, dengan harapan mungkin di kesempatan berikutnya aku bisa menyicip ragam destinasi lain. Padang memberikan lapang tersendiri dalam penatku waktu itu. Cerita seru dengan beberapa orang baru membuatku makin paham bahwa berlibur itu perlu. Karena hidup bukan hanya tentang mencari uang dan membiayai kebutuhan sehari-hari, tapi menikmatinya dengan berjalan-jalan, dan mensyukuri setiap hal yang dialami.
Padang adalah sebuah cerita, cerita singkat yang memberikan kelapangan pada pikiran. Lain kali harus kesana lagi.
Foto-foto di atas diambil oleh kawan yang berbaik hati jadi fotografer selama disana, Andru Kosti.