Jelajah Kuliner Siantar, Mini Trip Si Doyan Makan

Kulineran kali ini agak jauh, ke Siantar. Menyantap beberapa rekomendasi menu dari kawan dan menjelajah kota. Menyenangkan sekaligus mengenyangkan.

“Win, Siantar yok,” Kataku ke Wina beberapa minggu lalu saat kusadar, liburan dan kulineranku harus keluar dari Medan. Wina yang enggak pernah nolak soal kulineran pun setuju. Kali ini, kami gak cuma berdua. Ada Yasmin yang bikin perjalanan bertiga ini jadi lebih ramai. Awalnya, aku malah kepikiran untuk ke Sibolga. Lewat beberapa tulisan di internet, aku tau kalau Sibolga punya banyak destinasi wisata dan kuliner yang perlu dicoba. Tapi karena jaraknya yang cukup jauh dan menghabiskan lebih panjang waktu di jalan, tujuan kami pun bergeser ke Siantar.

Kota terbesar kedua di Sumatera Utara ini dilewati jalan lintas Sumatera, that’s why, kota ini cukup ramai pelancong. Terutama untuk mereka yang akan bepergian ke Danau Toba. Di kota ini juga terdapat banyak wisata kuliner yang ternyata cukup legendaris dengan rasa yang juga enggak kalah enak.

Menuju Siantar, Demi Kulineran

Sebelum berangkat, aku menyiapkan beberapa daftar tujuan kuliner yang harus kami coba selama disini. Berbekal rekomendasi beberapa kawan yang memang berdomisili di Kota ini, ada sekitar sepuluh lokasi makanan yang akan kami coba. Tiap destinasi itupun akhirnya berubah dan bertambah sesuai dengan hasil pencarian kami.

6 April jam 9 pagi, kami janjian untuk kumpul di loket bus Intra di Jalan Ngumban Surbakti Medan. Dari sini nantinya kami bertiga akan berangkat. Dari kos, aku dan Wina berangkat bersama. Setelah sekian lama enggak pernah naik angkot lagi, akhirnya kali ini kembali merasakan perjalanan dengan angkot yang dulu jadi kendaraan sehari-hariku ke kampus, angkot 103 legendaris dengan trayek dari Aksara ke Padang Bulan. Ongkosnya juga lumayan murah, Rp. 6.000/orang dari kosanku di daerah Serdang sampai Simpang Pos. Dari Simpang Pos, kami naik angkot 57 warna kuning ke loket Intra, ongkosnya Rp. 3.000/orang, tergolong murah jika dibandingkan dengan armada online.

Loket Intra ini letaknya juga cukup mudah untuk ditemukan, ada bus-bus yang berjajar menunggu dipenuhi penumpang untuk segera bergerak ke tujuan, Siantar. Untuk bis yang kami tumpangi, tarifnya Rp. 42.000/orang dengan fasilitas bis full ac dan toilet. Cukup nyaman untuk menghabiskan waktu selama perjalanan. Bis ini berhenti di loket akhir di Jalan Sisingamangaraja, dekat dengan Supermarket Ramayana. Dari loket ini, kami langsung menuju hotel untuk meletakkan barang dan langsung memulai hunting kuliner.

Kalau aku mengurus destinasi kulineran, Yasmin mengurus tempat kami menginap. Dari banyaknya hotel yang ada di kota ini. Pilihan kami jatuh pada Hotel Mega Express yang terletak di Jalan Sangnawaluh, Siantar Timur. Hotel bintang tiga yang masih relatif baru ini cukup memenuhi ekspektasi kenyamanan kami selama berada disini. Lokasi yang cukup tenang, harga yang relatif murah, dan kamar yang nyaman agaknya pas dengan biaya yang kami keluarkan untuk bertiga. Selain itu, staf yang ramah juga menjadi nilai tambah tersendiri. Hanya saja, hotel ini belum menyediakan sarapan. Jadi bagi tamu yang menginap harus menyiapkan makan pagi sendiri. Untuk kami, tentunya hal ini bukan masalah besar, terutama karena tujuan utama kami datang ke kota ini adalah untuk wisata makanan.

What to Eat, When We’re in Siantar 

“Food is a central activity of a mankind and one of the single most significant trademarks of a culture,” – Mark Kurlansky

Destinasi pertama kami adalah Warung Miso Pematang yang berada di Jalan Asahan. Areanya cukup luas, dengan pilihan duduk di lesehan atau bangku biasa. Disini kami memesan menu rekomendasinya, Miso Ayam Sumo (Rp 20.000), Pansit Ayam Jamur (Rp 17.000), dan Miso Ayam Bakso (Rp 14.000). Untuk minumannya, karena tenggorokanku masih meradang, aku pun pesan Serahe (Rp 13.000). Minuman ini adalah kombinasi air sereh dan jahe yang cukup baik untuk meredakan batuk.

 

 

Untuk makanan dari warung ini, rasanya cukup bikin kenyang di jam makan siang. Miso Ayam Sumo yang kupesan berisi kondimen lengkap, bakso, telur ayam, tahu, rempelo ayam, dan suwiran ayam yang benar-benar dengan porsi sumo.

DSC_0025
Serahe (Sereh Jahe) yang disajikan hangat. Untuk tampilan asli, minuman ini tidak ditambahkan batang sereh, tapi supaya fotonya lebih cantik, aku minta batang sereh untuk pelengkap ke mbaknya.

Malam harinya, setelah cukup berkeliling lapangan merdeka Siantar, kami pun mampir ke tempat berikutnya untuk makan malam. Sate dan Mie Rebus Oranyono yang terletak di Jalan Penyabungan No. 2-36 Timbang Galung, Siantar Barat ini memberikan kami waktu cukup lama untuk berjalan kaki. Bukan apa, sempat terjadi keraguan dengan nama yang kudapat, antara Soponyono dengan Oranyono. Plus, kami maksa untuk kesana dengan jalan kaki karena menurut info dari orang yang sempat kami tanyai arah, jaraknya tidak jauh dari lapangan merdeka. Hampir setengah jam kami berputar-putar jalan kaki, sampai akhirnya memutuskan untuk pesan ojek online saja. Sebuah kekurangkerjaan yang sangat hakiki padahal perut sudah lapar.

Warung sate dan mie rebus Oranyono ini punya lokasi area yang relatif luas. Cocok untuk makan malam bareng keluarga atau kawan-kawan. Disini, menu yang disajikan pun beragam, dengan pilihan porsi yang bisa disesuaikan dengan level kelaparan pengunjung. Untuk harga? Menurutku relatif ekonomis jika dilihat dari porsi yang disajikan. Untuk sate yang kami makan, harganya sekitar Rp 16.000 per porsi. Lontong yang disajikan di piring pun relatif banyak, jadi jelas bikin kenyang. Oiya, disini kami juga ketemu sama Jane, adik temen kuliah Yasmin yang kerja di Siantar. Dari Jane ini juga kami tau beberapa tempat kuliner lain yang tidak ada di list.

 

 

Aku memesan Sate Ayam bumbu padang dengan porsi 5 tusuk. Kuahnya cukup kental dan pedasnya juga tidak berlebihan. Oiya, untuk sate yang kumakan, rasanya sedikit manis untuk potongan dagingnya. Mungkin karena disamakan dengan sate yang digunakan untuk menu bumbu kacang. Tapi untukku sendiri, sensasi rasa manis itu tidak mengganggu karena kuah padangnya juga nikmat. Untuk mie rebus yang kami pesan, jujur saja porsinya lumayan besar, apalagi kalau dijadikan makan malam. Tapi rasanya juga nikmat dan kaldunya berasa.

Malam di Siantar kami habiskan dengan makan sate dan mie rebus, yang kemudian dilanjut dengan kerang rebus yang direkomendasi oleh Jane.
Aku lupa kerang rebus yang kami datangi punya nama dengan angka berapa. Tapi lokasinya dekat dengan rel kereta api. Satu hal yang bikin aku, Wina dan Yasmin lumayan kaget dari kerang rebus disini adalah porsinya. Untuk harga Rp 20.000, porsinya sama dengan tiga kali porsi kerang rebus di Medan dengan harga yang sama. Yes, porsinya besar, dan cukup untuk sharing. Kedai kerang rebus yang kami datangi hanya menyajikan kerang bulu saja, lengkap dengan sambal nenas kacangnya. Untuk sambal, well, it taste better yang di Medan sih. Tapi not bad untuk besarnya porsi yang diberikan.

 

 

What to eat berikutnya adalah sarapan besar, rekomendasi dari Trian, adik stambuk kampus yang asli Siantar. Katanya, kalau mau sarapan, ada satu spot sarapan yang wajib dicoba, Bubur Ayam Cirebon yang letaknya depan Telkom Siantar. Makan kesinilah kami, di hari kedua yang sekaligus hari kami pulang ke Medan.

Warung bubur ayam ini memang terlihat biasa saja dari luar, ala-ala warung bubur pada umumnya. Bangku-bangku panjang berjejer dan pengunjung juga cukup ramai untuk ukuran Minggu pagi. Kami memesan Bubur Ayam Cirebon, Bubur Iga Sapi, dan Mie Iga Sapi. Sebagai seorang pecinta mie, sajian Mie Iga Sapi mereka cukup bikin terpukau karena porsinya yang lumayan besar. Semangkuk mie keriting dengan suiran ayam di atasnya, plus tiga potong iga sapi, dan satu mangkuk kecil yang berisi bakso sapi dan tahu. Cukup mewah terutama karena harganya cukup ekonomis, Rp 25.000 per porsi. Ya dimana lagi bisa makan iga sapi, mie dan bakso dengan harga segitu coba. Huhuhuhu.

Wina dan Yasmin pesan bubur ayamnya. Sup Iga Sapi pesanan Wina juga punya porsi yang lebih cocok untuk makan siang, besar dan bikin kenyang. Ditambah dengan semangkuk bubur ayam, kami punya bahan bakar yang cukup untuk kembali keliling Siantar sebelum pulang.
Warung ini juga menjual beberapa makanan kecil berupa kue tradisional yang bisa dijadikan kudapan. Ada juga telur asin, kalau-kalau ada pengunjung yang suka mencampur telur asin ke bubur ayamnya.

Di warung ini juga kami ketemu dengan Tri, adik stambuk Yasmin di kampus. Iya, Yasmin punya banyak koneksi dari jurusannya dulu, sangking banyaknya aku sampai gak hapal, padahal kami satu kampus. Tri ini yang kemudian menemani kami keliling Siantar, mulai dari melihat-lihat patung dewi di Vihara Avalokitesvara, menyicip kopi Sedap, keliling kebun binatang, sampai sajian akhir di Bakso Deli.

DSC_0164

Terletak di Jalan Kartini No. 50 Timbang Galung, Siantar Barat, Bakso Deli ini didaulat sebagai salah satu kuliner “must try” untuk orang-orang yang berkunjung ke Siantar. Namanya warung bakso, menunya juga bermacam dan gak melulu bakso. Untuk yang mau makan menu lain di luar bakso, bisa pesan olahan nasi dan ayam. Aku sendiri pesan Mie Bakso yang jadi salah satu paling laris di warung ini.

Untuk semangkuk mie bakso, porsinya seperti banyak bakso lainnya. Mie campur dengan satu bakso besar dan beberapa butir bakso kecil. Untuk sajian bakso ini sendiri, kaldu kuahnya sudah gurih dan nikmat tanpa ditambah kecap ataupun saus. Itulah satu cara utama untuk bisa menilai apakah menunya memang enak. Menurutku, Bakso Deli ini punya rasa yang relatif nikmat, untuk baksonya, tidak terlalu berasa kenyal dari uratnya, jadi memang tidak ada tekstur yang berasa saat dikunyah. Nikmat sebagai makanan penutup kami sebelum bertolak ke Medan.

What to Drink, Melepas Dahaga Dengan Minuman Khas Di Siantar

Selain makanannya, Siantar juga terkenal dengan minumannya, seperti cendol panas dingin, kopi, dan juga soda badak.  Di hari kami sampai di Siantar, lepas makan siang, kami pun memutukan untuk mengunjungi Pabrik Soda Badak. Perusahaan yang bernama PT. Es Siantar ini merupakan salah satu pabrik legendaris dengan produk Soda Badak rasa sarsaparila dan soda biasa. Terletak di Jalan Pematang No. 3 Siantar Barat, pabrik ini tergolong berada di tengah kota. Hanya sekitar 100 meter dari jalan besar. Kami hanya bisa mengunjungi dan masuk hingga bagian pemasaran. Karena untuk bisa melihat langsung produksi, dibutuhkan surat permohonan khusus baik dari perusahaan atau kelompok. Karena kunjungan kami termasuk kunjungan pribadi dan tanpa surat, jadi area yang bisa kami lihat sangat terbatas. Walau begitu, Pak Panggabean, salah satu pekerja yang menemani kami, cukup kooperatif dan memberikan ragam informasi yang kami perlukan.

 

 

Minuman Soda Badak ini sendiri merupakan salah satu kuliner wajib yang perlu dicoba saat mengunjungi Kota Siantar. Selain sebagai minuman khas, Badak merupakan minuman soda pertama di Indonesia. Sebelum soda merk impor menjadi minuman yang banyak diperjual belikan, Badak sempat menjadi primadona minuman lokal.

Pabrik soda Badak ini didirikan oleh Heinrich Surbeck, seorang pria kelahiran Halau, Swiss. Saat masa pendudukan Jepang, pabrik ini bahkan masih bertahan. Namun situasi berubah saat Surbeck dibunuh oleh rakyat yang memberontak Belanda usai proklamasi kemerdekaan. Singkatnya, pada tahun 1969, Julianus Hutabarat yang merupakan seorang pengusaha, akhirnya membeli perusahaan tersebut. Pabrik ini pun resmi berpindah tangan pada tahun 1971 dan berganti nama menjadi PT Pabrik Es Siantar.

DSC_0169

Jarak dari pabrik Soda Badak ke jalan besar tidak terlalu jauh. Kami pun memutuskan untuk jalan kaki ke spot berikutnya, cendol panas dingin yang dijual di sepanjang Jalan Sutomo. Ada banyak kios kecil yang jual cendol panas dingin ini, kami pilih yang dekat dengan Ganda, tidak jauh jaraknya dari Kok Tong Evony. Cendol panas dingin ini sebenarnya gak beda dari cendol kebanyakan. Untuk yang panas, disajikan tanpa tapai dan es (ya iyalah, kan panas). Untuk harganya, cukup murah, Rp 7.000 per porsi.

DSC_0043

Meskipun minuman ini cukup manis dan isiannya bisa bikin agak kenyang, tapi kios-kios kecil yang menjajakannya selalu punya pembeli. Terutama saat cuaca panas begini. Selesai dari Cendol Panas Dingin, kami bergeser sedikit ke Kok Tong Evony untuk mendinginkan badan dari panasnya Siantar, sambil minum kopi.

DSC_0048

Bicara Siantar, memang gak akan lengkap tanpa bahas Kopi Kok Tong. Kopi legendaris dari Siantar ini punya rasa yang kerap bikin rindu. Outletnya juga terbilang banyak, dan selalu ramai. Outlet terbesarnya ada di Jalan Cipto. Kata orang-orang yang kami tanya, Kok Tong yang ada disana adalah yang paling ramai dan paling tua. Kopinya juga nikmat dan tidak terlalu keras. Aku memesan es kopi susu hitung-hitung untuk mendinginkan badan dan menghapus dahaga. Rasanya juga tradisional, seperti menikmati kopi susu klasik yang nikmat dan bikin bahagia. Enak sebagai teman bercengkerama.

 

 

Dari sajian kopi lain, kami menyambangi kedai kopi dan roti bakar Sedap yang ada di Jalan Sutomo, hanya berjarak beberapa ruko dari Toko Roti Ganda. Di warkop ini, menu andalannya adalah Kopi Hitam dan Kopi Susu. Bisa disajikan dingin atau panas. Untuk camilannya, roti bakar selai yang walaupun sangat sederhana, tapi rasanya nikmat.

Memasuki warkop ini, suasananya agak mirip dengan Kedai Kopi Apek di Medan. Klasik, aroma kopi yang kelat, dan ramainya tamu yang datang. Pengunjung juga bisa melihat langsung proses pembuatan kopi dan juga roti bakarnya. Apek-apek yang punya warkop juga ramah dan membiarkan kami memotret ketika dia menyeduh kopinya dengan cara tradisional.

Oiya, selesai ngopi disini, kami ke kebun binatang siantar sebelum pulang ke Medan. Semua kuliner yang kami coba di Siantar belum lah menutup seluruh daftar khazanah hidangan khas disana. Masih banyak yang belum kami coba. Mungkin di kunjungan berikutnya, akan bisa lebih lama, dan lebih jauh lagi jalannya. Over all, Siantar punya banyak hal yang perlu dan asik untuk didatangi, enggak hanya kuliner, tapi juga spot budaya dan alam yang cantik.

 

 

Iklan

4 Comments Add yours

  1. lisdhabundaale berkata:

    haii kak danaanjani (hehe maaf belum ngerti biasa dipanggil gmn?), serasa nostalgia saat baca tylisan di atas. maklum lima tahun tinggal di siantar sebelum geser ke medan 🙂

    Suka

    1. danaanjani berkata:

      Halo kak… Panggil Dana boleh, Anjani juga boleh. Kalau udah nyaman biasa malah dipanggil sayang. Eeeeeh. Hahaha..
      Oooh sempat di siantar toh. Kemarin kami cuma kulineran, gak coba yang alamnya, padahal banyak kan wisata disana.

      Suka

  2. mahdiyyahardhina berkata:

    rasa badak kayak permen karet gak sih kak? rasa iyah sih gitu

    Suka

    1. danaanjani berkata:

      Dikit sih dek, tapi enak.. hahaha… namanya juga sarsaparila, pake es apalagi

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s