Ada hal yang paling saya ingat tentang hotel ini, kemegahannya yang tidak setengah-setengah.
Juni 2016, ketika bulan puasa baru berjalan beberapa hari, Kami menginjakkan kaki ke hotel ini untuk proyek foto hospitality berikutnya.
Memotret hotel baru, yang belum pernah difoto sebelumnya adalah salah satu hal paling menantang, selain mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaan tentunya. Ini pula lah yang membuat kami waktu itu, harus memberikan hasil yang nantinya, bisa menjadi pertimbangan dasar untuk foto-foto berikutnya.
Yup, menjadi yang pertama memang menyenangkan, dan tentu saja, cukup menegangkan.
Untuk ukuran hotel bintang empat, Adimulia Hotel managed by Topotels ini sebenarnya memberikan sentuhan yang biasanya ada di hotel bintang lima. Kelebihan-kelebihan itu pula lah yang harus dikemas untuk nantinya dapat digunakan sebagai bahan jualan. Tantangan sebagai asisten fotografer untuk proyek ini, menurut saya, terletak pada megahnya bangunan, desain interior yang khas Artdeco Eropa Amerika, dan waktu pengambilan foto saat itu.
Andru dan Norman, rekan yang membantu sesi foto saat itu memulai spot pertama sore hari untuk memaksimalkan blue hour. Saya baru bergabung sekitar jam delapan malam, lepas memenuhi undangan berbuka puasa dari Coffenatics.
Untuk mendukung proses pengambilan foto, pihak hotel menyediakan sebuah kamar deluxe untuk kami beristirahat. Tapi, sejatinya kamar ini tidak kami gunakan untuk tidur-tiduran dan leyeh leyeh sambil merasakan nyamannya pelayanan. Boro-boro mau nyantai, kerjaan padet, boooo.
Sampai di kamar, pemandangan pertama yang saya lihat adalah si fotografer yang serius di depan laptop, dan Noe yang sibuk merapikan alat.

“Hei, how was it?” tanyaku penasaran mengingat harusnya dia istirahat untuk take berikutnya.
“Hmm, good,” jawabnya singkat. Aku langsung membereskan barang bawaanku di dalam lemari, dan mengobrol bentar sama Noe.
“Coba kamu liat ini, kamar yang tadi, gimana?” si anak lajang akhirnya mulai mengeluarkan kalimat yang sedikit lebih panjang.
Dan aku melihat hasil foto yang -wajar si kawan sampai seserius itu- tadi.

Hasil foto pertama ini pula yang kemudian menjadi dasar untuk foto berikutnya.
Tantangan karena melewatkan sesi foto pertama adalah, memastikan bahwa pada sesi berikutnya, saya tidak miss satu hal pun untuk membuat ruangan terlihat lebih menarik.

Spot berikutnya adalah Cafe De Palmo. Scene interior photography ini dilakukan lepas tengah malam, dengan mata yang sudah cukup minta diistirahatkan.
“Udah tau ngantuk, kok motretnya pagi buta sih?”
Ya karena di jam seperti itu, area ini bebas dari manusia. Foto interior akan lebih baik jika dilakukan tanpa unsur manusia di dalamnya. Beda dengan foto hospitality yang malah harus menunjukkan unsur human interest untuk menghidupkan pesan di dalam frame.


Selain foto interior, proyek lainnya yang sekaligus kami kerjakan adalah virtual reality 360. VR ini membuat viewer-nya seolah berada di tempat tersebut. Untuk di Medan, memang masih sedikit hotel, restoran, atau tempat hiburan yang menggunakan aplikasi ini. Tapi referensi virtual tour jelas banyak di internet. Ini juga yang jadi salah satu andalan kami dalam mengeksekusi proyek hospitality photography.


It was a superb challenging scene. Dengan area yang luas, furniture yang mewah, serta interior yang megah, keseluruhan lobi ini adalah taman “bermain” yang fantastis untuk kami. Saya harus memastikan tidak ada benda yang mengganggu frame. Noe harus menyediakan pencahayaan yang cukup, dan Andru, harus memastikan bahwa seluruh lobi tertangkap lensa kamera.
Menurut saya, lobi ini adalah salah satu alat jual yang paling utama dari Hotel Adimulia, selain fasilitas yang mereka tawarkan tentunya. Jadi menghadirkan area ini secara keseluruhan adalah sebuah keharusan. Sofa berwarna merah, dengan karpet berwarna senada menjadi kontras dengan lantai marmer krem. Piano di lantai mezanine menjadi center poin lain pada bagian ujung lobi, lengkap dengan dinding marmer hitam silver. Lantai ini pula yang mendukung area terlihat sangat luas. Noe mendapat tugas yang sangat penting, menyinari badan piano dan top board-nya dengan flash untuk menampilkan detailnya. Saya? Mengabadikan tiap momen. hihihi

Pengerjaan lobi selesai sekitar pukul 3.30 dini hari. Setelah duduk sebentar dan meluruskan badan, kami pun menikmati santap sahur bersama Mas Herry, Marcomm Adimulia yang men-direct seluruh photo taking. Yup, Mas Herry ikut menginap di hotel, dan begadang bareng, sambil tetap memastikan semua kebutuhan kami terpenuhi.
Siap santap sahur dan solat subuh, kami mulai photo taking berikutnya, Junior Suite Room. Ruangan ini terbagi menjadi tiga spot, sitting area, bedroom area, dan bathroom area. Tantangan paling utama untuk ruangan ini adalah kami harus mengejar waktu, that’s amazing blue hour.


Waktu yang lumayan mepet, lengkap dengan area yang terbagi-bagi menuntut untuk bekerja cepat. Asupan sahur pun terasa hilang dengan cepat. hehehe. Kamar ini mengedepankan sitting area dengan nuansa krem yang hangat, serta furniture berbahan kayu yang memberikan kesan antik. Di bagian belakang, dining area didominasi warna merah maroon yang cukup mencolok dibandingkan perkakas lain di seluruh kamar.
Saya sengaja merequest piring berisi buah-buahan dan minuman untuk mengisi area kosong pada meja. Warna buah yang cerah, dan minuman (jus dan susu putih) yang diletakkan dapat membantu menghidupkan ruangan yang memang didominasi warna netral.

Secara keseluruhan, pengambilan foto untuk Hotel Adimulia waktu itu berjalan selama dua hari satu malam. Dengan proses yang cukup memburu waktu, dan pelayanan yang luar biasa ramah dari pihak hotel, membuat pekerjaan ini tidak berasa berat, justru sangat menyenangkan dan selalu diingat.
Begitu banyak hal yang bisa saya pelajari selama asistensi proyek ini. Bagaimana berkomunikasi dengan seluruh pihak klien untuk menyampaikan kebutuhan properti selama photo taking; bagaimana memaksimalkan waktu yang relatif singkat untuk mengatur seluruh bagian dalam ruangan untuk masuk dalam frame; dan yang terpenting adalah bagaimana memastikan bahwa tim dan klien sama-sama mendapatkan hasil yang diinginkan.
Lelah? Jelas, terutama saat itu bulan puasa. Tapi itu tetap enggak bisa dijadikan alasan untuk malas. Mengingat waktu itu, Andru, yang notebene tidak berpuasa, juga ikut menahan lapar dan haus seperti kami. “Gak enak lah kalau aku makan minum, sementara kalian enggak, kita kan tim,” katanya waktu itu.
Kim Jong Un kw super ini pun nyatanya punya toleransi yang cukup bikin bangga saya. (Oke, stop puji-puji, hihihi)
Being an assistant photographer sometimes feels so tough, but it fulls of joy and learning. Karena pada akhirnya, semua kegiatan yang kau lakukan akan terasa sangat menyenangkan. Semua hanya perkara bagaimana caramu memandang. Ya kan? Iya dong.
*Place: Adimulia Hotel Managed by Topotels
Address: Jl Pangeran Diponegoro No 8 Medan 20112
Sumatera Utara – Indonesia
Phone: +626188817333 (hotline)
+626188817651 (sales)
Fax: +626188817518