Food Styling, Biar Makanan Makin Menggiurkan

“It’s not all about creating a good picture, but how to make a mouth watering food, with style.”Dana Anjani, setelah sadar bahwa nyusun makanan biar cantik difoto lebih susah dari makannya. 

Sebagai orang yang demen makan, ada faktor penting yang bikin saya memutuskan untuk memesan satu menu, tampilannya. Kalau kata orang-orang, jangan nilai sesuatu dari luarnya, buat saya itu enggak berlaku untuk makanan. Makanan dengan tampilan yang cantik, pasti lebih menarik minat, dibandingkan makanan yang disajikan dengan tampilan sekadarnya, atau malah, dalam kondisi berantakan.

Itu juga yang wajib dilakukan kalau udah food photo session. Mungkin, untuk sebagian orang, memotret makanan bukanlah hal yang sulit. Tinggal susun, jepret, kelar. Awalnya, saya juga hanya sekadar terima makanan, susun, jepret, kelar. Tapi makin kesini ada banyak perubahan yang memang harus dilakukan. Bukan sekadar susun-jepret, tapi lebih menata lebih menarik, lalu jepret.

Pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Itu yang sering saya dengar dari beberapa orang teman. Tapi, menurut saya, pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar, dan mampu membuat kita jadi lebih baik dalam berkarya.

Itu pula yang terjadi pada saya melalui beberapa proyek foto yang kami kerjakan belakangan ini. Terlebih soal food photography, bidang yang memang saya senangi.

Karena kesenangan ini pula lah, saya dan partner mulai sering mencari referensi food photography yang menarik. Mulai dari googling, mem-follow para food photographer di instagram, sampai beli buku panduannya. Sisanya, kami pelajari di lapangan. Karena pada akhirnya, learning by doing adalah pilihan yang selalu ada, kan. Buku yang kami miliki pun enggak banyak, cuma dua buku karya Riana Ambarsari, Becoming a Food Photographer dan Motret Makanan Itu Gampang. Dua buku ini pun sedikit banyak memberikan bantuan dan referensi untuk saya dalam food styling, dan tentunya, menjadi alat untuk berdebat dengan si partner jika ide kami mulai berbenturan.

IMG-20170215-WA0008.jpg
Pastry Photography for Karibia Boutique Hotel Medan. (Foto: Andru Kosti)

Untuk pastry, hal yang paling ingin kami tonjolkan adalah bentuknya, dan bagaimana menunjukkan rasa dari makanan itu. Susah? Enggak juga. Gampang? Ya enggak juga. Kalau rotinya cuma sebiji, dan tanpa kondimen apapun, mungkin angle 45derajat sudah pas. Cukup tampilkan detailnya. Namun kali ini, kami harus berhadapan dengan beberapa macam roti yang dimasak ala vegetarian. Yaitu tanpa telur dan susu. Referensi yang banyak kami dapat, adalah dengan meletakkan beberapa butir telur untuk backgorundnya. Tapi itu tidak bisa kami lakukan, walaupun kami maksa ke baker restoran ini.

Tidak boleh menipu pelanggan. Itulah yang harus diterapkan pada foto-foto yang harus kami eksekusi. Pihak restoran menolak untuk menggunakan bahan makanan yang tidak terkandung dalam makanan tersebut sebagai penghias foto. Maka kami pun harus memutar otak untuk membuat menu ini tetap terlihat menarik dan menggugah selera.

Jus kiwi.jpg
Jus Kiwi, salah satu menu di Green Village Restaurant. (Foto: Andru Kosti)

Bicara soal food photography, saya dan partner pun mengakui, bahwa memotret minuman, terasa sedikit lebih sulit dibandingkan memotret makanan. Yaitu bagaimana menjaganya tetap terlihat segar dan menunjukkan sisi utama dari minuman itu. Salah satu menu yang kami potret waktu itu adalah jus kiwi. Kelihatannya sih sederhana, jika itu diambil di ruangan terbuka dengan background rerumputan atau kursi kafe. Tapi kami justru menghindari hal itu, karena enggak mau fotonya terlihat umum, dan flat.

Untuk foto minuman, hal paling sederhana yang perlu dilakukan dalam penataannya adalah dengan menampilkan buah utuh, atau sudah terpotong-potong. Selain menciptakan dimensi, potongan buah utuh juga memberikan informasi tambahan, dan juga menciptakan kesan segar pada foto. Peletakan bahan makanan yang masih mentah memang kadang perlu dilakukan. Tapi, tidak di semua jenis menu.
Jangan sekali-kali meletakkan ikan mentah disamping hidangan ikan yang sudah matang. Coba pikirkan bagaimana perasaan si ikan hidup menyaksikan keluarganya yang sudah siap santap. Pasti perih …

P1210019.jpg
Ini bukan styling yang pernah saya lakukan, tapi saya selalu menyukai foto ini, dengan tampilannya yang cantik. Menurut saya, udah enggak perlu lagi ada hiasan yang gimana-gimana untuk membuat burger ini kelihatan makin lezat. (Burger Spesial ala Fortunate Coffee, Cemara Asri Medan. Foto by me)
PC150117.jpg
Coffee Latte from D’Raja Coffee Hub Kualanamu, Medan. (Foto: Andru Kosti)

Salah satu jenis menu favorit saya untuk food photography adalah kopi, tepatnya latte. Karena bentuknya yang cantik. Tugas styling yang perlu dilakukan hanyalah menonjolkan coffee shop-nya, dan memberikan sentuhan berupa biji-biji kopi untuk membuatnya lebih menarik.

Sup herbal ayam jamur.jpg
Sup Herbal Ayam Jamur, dari Green Village Restaurant.(Foto: Andru Kosti)

Sup herbal ini memiliki aroma yang cukup harum untuk sebagian orang, dan untuk bukan pemakan sayur dan makanan sehat seperti saya, justru bikin gak konsentrasi. Iya, saya emang segitu enggak sukanya sama makanan sehat. Jadi menu satu ini, kasih tantangan tersendiri. Gak boleh pilih-pilih menu untuk ditata. Dengan isian yang cukup punya warna, enggak perlu ada banyak penambahan untuk menu ini. Cukup meletakkan beberapa jenis ingredients-nya di bagian belakang, sudah membuatnya lebih menarik.

V60 coffee.jpg
V-60 Coffee (Foto: Andru Kosti)

Ini bukan pertama kalinya kami melakukan take untuk v60. Sebelumnya, kami lakukan di Coffeenatics untuk keperluan majalah tempatku dulu pernah kerja.
Walaupun mirip, kali ini kami mencoba fokus pada alat yang digunakan, dan mengemasnya untuk terlihat lebih cantik dan bagus. Pouring menjadi salah satu pilihan untuk menghidupkan foto. Jadi bukan sekadar kopinya saja, tapi juga proses menyeduhnya.

Dari keseluruhan proses pengambilan foto makanan, styling atau penataan pun sejatinya disesuaikan pada beberapa faktor. Tapi faktor utama yang harus dicermati adalah tujuan dan fungsi foto. Apakah untuk editorial, komersil, atau hanya untuk estetik semata.

Menjadi seorang blogger yang merangkap asisten fotografer agaknya mengajarkan banyak hal, jika saja saya mau menganggapnya sebagai pelajaran. Berbeda klien, beda pula keinginannya. Itulah yang menuntut kami untuk mampu beradaptasi dan memberikan pengertian pada klien. So, bukan hanya mengeksekusi foto makanan yang mereka miliki, terkadang, kami merangkap sebagai konsultan. Dan disitulah letak betapa menyenangkannya kegiatan ini.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s