“It’s not just what you do during guest interaction that’s important. It’s how you do it (Attitude, Communication, Expression, and Empathy) that the guest will remember.” -The Appraiser.
Maybe, it’s just once in my life that I ever think about being a hotelier. You know, work in a hotel. Whatever it is. But the year of 2017 had changed a quite of my life that had been going smoothly, and in peace.
Bekerja sebagai kuli tinta setelah selesai kuliah seenggaknya sudah memberikan banyak pengalaman yang hanya akan didapat oleh orang yang memang mau berlelah diri. Masa itu pula, pertama kalinya buatku memasuki hotel berbintang tanpa embel-embel mahasiwa yang sedang mengikuti seminar atau pelatihan. Menyicip makanan yang tidak semua orang bisa mencobanya, menikmati pelayanan dan fasilitas yang mungkin hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang berduit, barangkali menjadi pengalaman tersendiri selama ini.
Hingga di pertengahan tahun lalu, bersama si partner mulai serius mengerjakan proyek hospitality photography yang mengharuskan kami banyak berinteraksi dan berpartner dengan berbagai pihak hotel. Well, those months worth new lessons, a lot lessons.
Pengerjaan tiap proyek itu pun sempat bikin aku dan partner berpikir, gimana ya kalau kerja di hotel? Jadi hotelier, apa asik?
Dan pertanyaan itu tejawab di bulan Juni 2017. Saat aku diterima sebagai salah satu staf di salah satu hotel di Medan.
Proses belajar pun kembali dimulai. Mendalami apa yang belum pernah dijalani sebelumnya, menghadapi apa yang mungkin belum pernah dihadapi sebelumnya, dan survive.
Lalu pertanyaannya, apa menjadi hotelier itu asik?
Well, I’m doing the best I can. Having seriously fun and having fun seriously. Cause new job means new learning by doing methods.
So, Hotelier, hello!!!